RELEVANSI NILAI-NILAI MAMAPAS LEWU BAGI PENGHAYATAN SAKRAMEN TOBAT DALAM GEREJA KATOLIK DI STASI STO. ENGELBERTUS TELUK BETUNG

Authors

  • Miraliani Miraliani Sekolah Tinggi Pastoral Tahasak Danum Pambelum Keuskupan Palangkaraya
  • Timotius Tote Jelahu Sekolah Tinggi Pastoral Tahasak Danum Pambelum Keuskupan Palangkaraya
  • Fransiskus Janu Hamu Sekolah Tinggi Pastoral Tahasak Danum Pambelum Keuskupan Palangkaraya

Keywords:

Gereja, Dayak Ngaju, Mamapas lewu, dan Sakramen Tobat.

Abstract

Penelitian   ini   bertujuan   untuk   menemukan   sejauhmana   nilai-nilai mamapas lewu dapat memberikan kontribusi bagi penghayatan iman Kristiani khususnya Sakramen Tobat di Stasi Sto. Engelbertus Teluk Betung. Melalui karya ilmiah ini diharapkan agar semua umat Katolik dapat menyadari pentingnya Sakramen  Tobat  dan  melaksanakan  pengakuan  dosa  agar  dapat  memperbaiki relasi yang telah rusak akibat dosa serta menjalani kewajibannya sebagai umat yang beriman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang diperoleh yaitu dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Kriteria informan yang baik tentu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang peneliti perlukan, memiliki kemampuan   untuk   merefleksikan,   pandai   mengeluarkan   pikiran   (pandai berbicara), memiliki waktu untuk diwawancarai, dan berkemauan untuk berpartisipasi. Langkah-langkah penelitian meliputi penentuan tema, percakapan dengan informan, profil informan, refleksi,  implikasi, sintesis dan prospek ke depan.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa umat Katolik yang ada di Stasi Teluk Betung memiliki pemahaman yang minim tentang Sakramen Tobat. Mereka tidak rutin melaksankan pengakuan dosa dikarenakan tidak ada yang memberi arahan kepada mereka untuk meminta pelayan sakramen (pastor) melaksanakan pengakuan dosa. Mereka di pihak lain mengerti dengan baik budaya mamapas lewu, karena mereka ikut melaksanakannya. Tujuan mamapas lewu yaitu untuk menyadarkan warga kampung akan  kesalahan yang telah dilakukan, demikian halnya dengan Sakramen Tobat yang merupakan usaha seorang beriman untuk mengakukan dosanya kepada pelayan sakramen agar memperoleh rahmat pengampunan dan keselamatan dari Allah. Nilai-nilai mamapas lewu yaitu gotong royong, kepatuhan, ketertiban, nilai etik dalam berperilaku, refleksi religius, refleksi aksiologis dan pendidikan.

Nilai yang ada di dalam budaya mamapas lewu, dapat memberikan kontribusi bagi penghayatan iman kristiani, khususnya penghayatan Sakramen Tobat. Oleh karena itu, penghayatan nilai-nilai budaya mamapas lewu dapat membantu umat untuk semakin menyadari pentingnya Sakramen Tobat di mana mereka tidak hanya memiliki pengetahuan tentang Sakramen Tobat tetapi ikut juga  berpartisipasi  melaksanakan  tugas  dan  kewajiban  mereka  sebagi  umat Katolik yang menjalankan lima perintah gereja, khususnya perintah yang keempat yaitu mengaku dosalah sekurang-kurangnya setahun sekali.

References

Afifuddin & Saebani Ahmad Beni. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Pustaka Setia.

Ahmandi, Rulam. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Grup

Penerbitan CV BUDI UTAMA.

Alkitab. 2014. Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia.

Blolong, Rede Raymundus. 2012. Dasar-dasar Antropologi, Froles, NTT: Nusa

Indah.

Budi, Susianto Silvester. 2014. Kamus Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: PT Kanisius

Dudi, Josef. 2010. Interaksi Sosial Masyarakat Plural Agama. Surabaya: Jelangga

Pustaka.

Dudi, Josef. 2015. Lewu dan Mamapas Lewu: Frame Of Reference Interaksi Masyarakat Plural Agama di Sei Gohong, Kalimantan Tengah. SEPAKAT- Jurnal Pastoral Kateketik. Vol 1, No.2.

Etos (Def.) (n.d). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakes melalui https://kbbi.web.id/etos.html, 31 Mei 2019.

Hardana, dkk. 2016. Potret Keuskupan Palangkaraya Lustrum III Tahbisan

Uskup. Panitia Perayaan Lustrum II Tahbisan Uskup: Palangkaraya.

http://utusdayakngajuberbagi.blogspot.com/2009/10/normal-0-false- false.html?m=1, di akses pada 28 Maret 2019.

KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

KWI. 2007. Katekismus Gereja Katolik. Flores, NTT: Nusa Indah.

Manca, Silvester. 2013. Perbandingan antara Konsep Pertobatan dalam Ritus Oke Saki Orang Lelak (Manggarai-Flores) dengan Konsep Pertobatan Kristen dan Implikasi Pastoralnya. Jurnal Asosiasi Perguruan Tinggu Agama Katolik (APTAK). Vol 2, No.2.

Manuskrip. 2016. Paroki Sto.Paulus Buntok.

Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Martasudjita, E. 2003. Sakramen-Sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius.

Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Prasetya, Hadiwardoyo. 2006. Pertobatan Dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmawati, Nur Puji Neni. 2013. Upacara Adat Mamapas Lewu (Upacara mempertahankan Budaya Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Jentara. Vol 8, No. 2.

Riwut, Nila. 2003. Maneser Panatau Tatu Hiang; Menyelami Kekayaan Leluhur.

Palangkaraya: Pusakalima.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: dasar-dasar. Jakarta: Barat PT INDEKS.

Setiadi, M Elly, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada

Media Group.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

, 2009. Memahami Penelitian Bisnis. Jakarta: Gramedia.

Sutrisno, Mudji. Putranto Hendar. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Taek, Paulus. 2009. Petualangan Intelektual Menuju Metode Penelitian

Pendidikan. Kupang: Gita Kasih.

Tim Prima Pena. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gitamedia Press.

Downloads

Published

2022-11-10

How to Cite

Miraliani Miraliani, Timotius Tote Jelahu, & Fransiskus Janu Hamu. (2022). RELEVANSI NILAI-NILAI MAMAPAS LEWU BAGI PENGHAYATAN SAKRAMEN TOBAT DALAM GEREJA KATOLIK DI STASI STO. ENGELBERTUS TELUK BETUNG. Sepakat : Jurnal Pastoral Kateketik, 6(1), 60–74. Retrieved from https://ejurnal.stipas.ac.id/index.php/Sepakat/article/view/36